Makalah: Tehnik Dalam Bimbingan dan Konseling
Rabu, Oktober 19, 2016
Add Comment
Tehnik Dalam Bimbingan dan Konseling
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kehidupan
siswa merupakan kegiatan yang unik dengan segala lika-likunya. Dalam
kehidupannya siswa selalu berhadapan dengan masalah-masalah yang menuntutnya
untuk dapat menyelesaikannya dengan baik agar dia dapat terus bergerak maju
menuju perubahan yang lebih baik.
Permasalahan
yang dialami siswa terkadang dapat diselesaikan sendiri oleh siswa yang
bersangkutan, tapi suatu saat mereka juga berkemungkinan untuk tidak bisa
menyelesaikannya sendiri. Sehingga dibutuhkannya bantuan baik dari teman, orang
tua, guru, maupun konselor. Konselor dalam hal ini adalah orang yang didalam
lembaga sekolah memiliki tugas yang langsung berkaitan dalam membantu
menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa. Dalam melakukan tugasnya tersebut
konselor perlu menggunakan tehnik yang tepat agar dapat membantu secara optimal
dan tugasnya pun dapat terselesaikan dengan baik.
B.Rumusan
Masalah
- Apa pengertian tehnik dalam bimbingan dan konseling?
- Bagaimana macam-macam tehnik bimbingan dan konseling?
- Bagaimana prosedur tehnik dalam bimbingan dan konseling?
C.Tujuan
Pembahasan
- Mata kuliah ini dikajikan diharapkan mahasiswa mampu mengerti memahami menganalisa apa bagaimana macam-macam bagaimana prosedur tehnik dalam bimbingan dan konseling sehingga dapat mengaplikasikan kelak ketika menjadi pengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Teknik Dalam Bimbingan dan Konseling
Tenik
merupakan suatu cara yang tidak dilakukan oleh guru bimbingan dan penyuluhan
dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi, oleh karena itu dalam
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan belajar disekolah harus menggunakan
teknik yang tepat, agar kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif dan
efisien.
Adapun
teknik yang digunakan dalam bimbingan dan penyuluhan antara lain teknik tes dan
teknik non tes. Teknik tes melengkapi teknik non tes. Yang dimaksud adalah
serangkaian pengumpulan data siswa dengan menggunakan tes standar misalnya, tes
intelejensi, tes bakat, tes minat, kreatavitas dan sebagainya.
Adapun
teknin non tes meliputi observasi, anecdotal, recod, skala penilaian, catatan
comulatif, teknik sosiometrik, dan studi khasus, pendekatan pelayanan bimbingan
dan penyuluhan merupakan salah satu bentuk teknik layanan dalam bimbingan dan
penyuluhan.
Cara
khusus dalam melayani klien sesuai dengan kebutuhan dalam bimbingan dan
penyuluhan dibagi dalam empat teknik. Yaitu secara penyuluhan individu,
bimbingan penyuluhan kelompok, bimbingan lapangan dan bimbingan klasikal.
1.Bimbingan
Kelompok
Bimbingan
kelompok merupakan salah satu cara dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan
dan penyuluhan untuk membantu memecahkan masalah klien. Segala permasalahan
kelompok akan dibawa ke kelompok lain untuk dipecahkan secara bersama-sama,
dengan mengarah kepada permasalahan yang ada pada diri klien. Masalah klinis
(kelompok) adalah masalah yang berhubungan antara pribadi sosial. Dengan
demikian kelompok menjadi lebih bermanfaat dalam melayani klinis(bimbingan
kelompok) atau masalah pribadi. Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan kepada klien secara
berkelompok dimana setiap masalah yang dihadapi di kelompok dan dibahas secara
bersama-sama.
2.Penyuluhan
Individu
Penyuluhan
individu ini merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara perorangan dan
pelaksanaannya dilakukan dengan cara face to face atau tatap muka langsung
dengan klien. Cara ini mengungkapkan berbagai masalah yang sangat kompleks
(mendalam) pada diri klien atau masalah klien yang sangat sulit terungkap
diluar bimbingan dan penyuluhan. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan individu merupakan bantuan yang diberikan secara berhadapan langsung
dengan klien atau secara perorangan.
Secara
umum dalam wawancara konseling dikenal 3 teknik pendekatan yaitu directive
counseling, non directive counseling dan efective counseling.
3.Directive
counseling (teknik langsung)
Directive
counseling adalah teknik konseling dimana yang paling berperan dalam konselor,
konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya. Dengan teknik
pendekatan ini dalam proses konseling dimana yang paling berperan adalah
konselor, dalam hal ini, konselor lebih banyak mengambil inisiatif dalam proses
konseling sehingga klien tinggal menerima apa yang dikemukakan oleh konselor.
4.Non
directive counseling (teknik tidak langsung)
Teknik
non directive counseling merupakan kebalikan dari teknik directive counseling
karena memegang peranan penting dalam teknik ini adalah klien atau orang yang
punya masalah bukan konselor. Oleh karena itu dalam proses konseling ini
aktivitas sebagian besar diletakkan dipundak klien itu sendiri, dalam
memecahkan masalahnya, maka klien itu sendiri didorong oleh konselor untuk
mencari dan menemukan cara atau teknik yang terbaik dalam memecahkan masalah.
5.Efective
counseling (campuran)
Teknik
ini merupakan campuran dari kedua teknik diatas. Dengan demikian dalam teknik
campuran ini seorang konselor menggunakan pendekatan atau merupakan
penggabungan unsur-unsur teknik langsung maupun tidak langsung.
6.Bimbingan
lapangan
Bimbingan
lapangan adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik apabila melakukan
kegiatan diluar kelas atau diluar ruangan dalam rangka untuk mengakses
obyek-obyek tertentu yang menjadi isi layanan.
Adapun
maksud bimbingan lapangan dalam upaya mengakses obyek tertentu disini adalah
menerima atau mendapatkan suasana baru diluar kelas yang menjadi isi layanan.
Jadi dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa bimbingan lapangan pada dasarnya
adalah untuk membantu siswa memperoleh pengalaman dari pengetahuan baru diluar
kelas.
7.Bimbingan
klasikal
Bimbingan
klasikal adalah bantuan yang diberikan kepada siswa yang pelaksanaannya
dilakukan didalam kelas. Adapun obyek yang ddibahas dalam kelas ini seperti
contoh, gambar, tampilan vidio dan lain sebagainya yang kemudian didiskusikan
dan dicermati dengan baik. Jadi bimbingan klasikal merupakan bantuan yang
diberikan didalam kelas berupa kegiatan yang kemudian dibahas secara terbuka
dan bebas oleh semua peserta yang ada didalam kelas tersebut. jadi dapat
disimpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang diberikan didalam
kelas dalam bentuk diskusi (bertukar pikiran) untuk mendapat pengalaman dan
pengetahuan. Inilah sebagian kecil strategi atau cara-cara dalam memberikan
bantuan dan layanan dalam bimbingan dan penyuluhan.
(buku:
nidya damayanti, S.Pd. buku pintar panduan bimbingan konseling. 2012.
Yogyakarta: araska) hal 36-39
B.Teknik-teknik bimbingan
Teknik
yang tepat harus disesuaikan dengan masalah yang dihadapi, keadaan klien,
kemampuan pembimbing dan situasi yang dihadapi.
Pada
garis besarnya teknik bimbingan dibagi menjadi dua, yaitu bimbingan secara
kelompok dan bimbingan secara individual. Dari dua pembagian tersebut masih
dibagi lagi menjadi bentuk-bentuk bimbingan sebagai berikut:
Bentuk
bimbingan kelompok (group guidance)
Bimbingan
kelompok dilaksanakan untuk membantu sekelompok individu yang mempunyai masalah
dengan melalui kegiatan kelompok. Dalam pelaksanannya, bimbingan kelompok ini
masih dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu, bimbingan kelompok, bimbingan
klasikal dan bimbingan massal.
Bentuk-bentuk
khusus bimbingan kelompok menurut djumhur dan muh. Surya (1975) adalah:
- Home room program
- Karyawisata
- Diskusi kelompok
- Kegiatan kelompok
- Organisasi murid
- Sosiodrama
- Psikodrama
- Remedial teaching
Berikut
ini akan dijelaskan bentuk-bentuk tersebut secara lebih luas.
1.Home room
program
Bentuk
bimbingan ialah suatu kegiatan yang diadakan oleh pembimbing bersama-sama
dengan siswa disekolah tetapi diluar jam-jam sekolah. Situasi dalam kegiatan
ini dibuat sperti suasana dirumah, sehingga pembimbing dapat berperan sebagai
ayah, ibu atau kakak dari siswa. Tujuannya adalah agar dengan situasi yang
tidak formal tersebut pembimbing dapat lebih mengenal siswa dan siswa merasa akrab,
lebih lanjut siswa akan menjadi terbuka dalam mengemukakan masalah-masalah yang
dihadapi. Pelaksanaan home room, dapat secara periodik maupun insidental.
2.Karyawisata
Karyawisata,
dilaksanakan dengan mengadakan peninjauan pada objek-objek yang menarik dan
berkaitan dengan pelajaran tertentu. Dari peninjauan tersebut akan didapatkan
informasi, dan pengamatan yang lebih baik dari objek tersebut. hal ini akan
mendorong aktivitas pentesuaian diri serta pengembangan bakat dan cita-cita.
Karena karyawisata ini sekaligus juga berfungsi sebagai kegiatan rekreasi, maka
apabila dilaksanakan akan sangat menarik bagi siswa.
3.Diskusi
kelompok
Melalui
diskusi kelompok, siswa mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah
bersama-sama, dengan saling memberikan saran dan pertimbangan untuk memecahkan
masalah.
Bermacam-macam
masalah dapat dipecahkan melalui diskusi kelompok, baik masalah pelajaran,
sosial atau merencanakan kegiatan. Keuntungan dari diskusi kelompok ini selain
mengembangkan sikap sosial, juga menambah kepercayaan diri karena dapat
memecahkan masalah secara mandiri.
Namun
perlu diwaspadai aggota kelompok yang ingin menonjolkan diri dan mendomonir
situasi diskusi. Dalam hal ini pembimbing bertindak sebagai moderator
pelaksanaan diskusi.
4.Kegiatan
kelompok
Bermacam-macam
bentuk kegiatan kelompok yang dapat dilaksanakan sebagai salah satu teknik
bimbingan, misalnya: kelompok belajar, kelompok bermain, dan sebagainya. Dengan
kegiatan ini kesempatan untuk berpartisipasi dan mengembangkan diri menjadi
lebih luas yang akhirnya juga dapat meningkatkan kepercayaan diri.
5.Organisasi
murid
Aktivitas
dalam organisasi murid dapat mengembangkan bakat kepemimpinan, tanggung jawab
dan harga diri. Berbagai aspek kehidupan sosial dapat dipelajari melalui
organisasi murid ini. Bentuk-bentuk organisasi murid dapat bermacam-macam
seperti:OSIS, PMR dan sebagainya.
6.Sosiodrama
Sosiodrama,
termasuk salah satu kegiatan bermain peran (role playing). Sesuai dengan
namanya, teknik ini dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Siswa
atau kelompok individu yang diberi bimbingan, sebagian diberi peran sesuai
dengan jalan cerita yang disiapkan. Sedangkan yang lain bertindak sebagai
pengamat. Selesai permainan
dilaksanakan, diadakan diskusi tentang pemeran, jalan cerita dan ketepatan
pemecahan masalah dalam cerita tersebut.
7.Psikodrama
Sama
dengan sosiodrama, psikodrama juga merupakan kegiatan bermain peran. Perbedaan
terletak pada jenis masalahnya. Psikodrama dimaksudkan untuk memecahkan
masalah-masalah psikis yang dialami oleh individu. Dengan memainkan peran-peran
tertentu, diharapkan konflik-konflik psikologis yang dialami oleh individu
dapat terpecahkan. Dengan demikian psikodrama mempunyai fungsi pedagogis maupun
diagnostik.
Pelaksanaan
dimulai dengan penyusunan alue cerita, pemilihan pemeran, pelaksanaan, dan
diakhiri dengan diskusi. Peran dapat dipilih individu yang mempunyai konflik
kejiwaan yang sesuai dengan jalan cerita. Diharapkan konflik-konflik dan
ketegangan-ketegangan yang dialami oleh peemeran dapat dikurangi atau dihilangkan.
8.Remedial
teaching
Pengajran
remedial, diberikan kepada siswa yang memiiki kesulitan belajar pada mata
pelajaran tertentu. Bentuknya berupa tambahan pelajaran, pengulangan
latihan-latihan, atau penanganan aspeek-aspek tertentu sesuai jenis dan tingkat
kesulitannya. Maka harus didahului oleh diagnosis kesulitan belajar, yaitu
penentuan jenis dan tingkat kesulitan. Sesudah ditemukan, barulah pengajarn
remedialnya dapat dilaksanakan. Pembimbing dalam menangani kegiatan ini dapat
bekerja sama dengan guru bidang studi. Jika kesulitan belajar dialami oleh
sekelompok siswwa, dapat dilaksanakan secara kelompok, namun dapat juga
diberikan secara individual.
9.Bentuk
bimbingan individual (individual guidance)
Bimbingan
individu biasanya dilaksanakan dengan konseling, walaupun dalam
peerkembangannya konseling juga dapat dilaksanakan secara kelompok.
Konseling
mempunyai karakteristik tertentu, yaitu bersifat korektor, artinya hanya
dipergunakan untuk membantu individu yang bermasalah. Dilaksanakan secara tatap
muka antara konselor dengan konseli.
Pemecahan
masalah ditekankan dari individu yang mempunyai masalah. Dalam pelaksanaannya,
konseling dilaksanakan dalam berbagai pendekatan dan dari pendekatan tersebut
dilaksanakan dengan teknik.
Secara
garis besar pendekatan-pendekatan tersebut dapat berorientasi pada ranah
kajiwwaan yaitu kognitif, yang menekankan pada fungsi-fungsi kognisi (pikir),
misalnya trait and factor theory. Afektif, yang menekankan pada
fungsi-fungsi afeksi (rasa), misalnya client centered theraphy. Psikomotor
yang menekankan pada fungsi-fungsi psikomotor (gerak tingkah laku), misalnya behavior
therapy, rational emotive therapy (RET), transaksional analysis, psichonalysis,
reality therapy.
Dari tiga
pendekatan tadi, apabila dilihat hubungannya antara konselor dengan konseli,
dapat dibagi menjadi tiga yaitu, directive counseling, yaitu apabila
dalam pelaksanaan konseling, konselor lebih aktif dalam mengarahkan konseli
pada pemecahan masalah, walaupun begitu pemecahan masalah yang terakhir tetpa
terletak pada konseli sendiri. Non directive counseeling, apabila
aktivitas dalam proses konseling berpusat pada konseli. Fungsi konselor hanya
menampung, mendengarkan atau mengiakan pembicaraan konseli. Selective
cuonseling atau elective counseling. Merupaakan campuran dari dua
pendekatan atau lebih.
Pemakaian
pendekatan-pendekatan tersebut harus memperhatikan masalah yang dihadapi,
keadaan konseli, kemampuan konselor serta tujuan yang akan dicapai.
(Zainal
Aqib. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling disekolah. 2012. Bandung: yrama widya).
Hal 42-46)
C.Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Konseling
1.Identifikasi Kasus
Merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan
layanan bimbingan belajar. Robinson (dalam Makmun, 2003) memberikan beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga membutuhkan
layanan bimbingan belajar, yakni:
- Call them approach, melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
- Maintain good relationship, menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja.
- Developing a desire for counseling, menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya.
- Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
- Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
2.Identifikasi masalah
Merupakan upaya untuk memahami jenis karasteristik kesulitan atau
masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar permasalahan
siswa Prayitno dkktelah mengembangkan suatu instrument untuk melacak masalah
siswa dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM) instrument ini sangat
membantu untuk mendeteksi lokasi masalah yang dihadapi siswa seputar aspek: jasmani
dan kesehatan diri pribadi, hubungan sosial, ekonomi dan keuangan, pendidikan
dan pelajaran, agama nilai dan moral, hubungan muda mudi, keadaan dan hubungan
keluarga dll.
3.Diagnosis
Merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah siswa.
Dibagi menjadi dua, pertama faktor internal yakni faktor yang bersumber
dari diri siswa itu sendiri seperti kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan,
bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya. Kedua
faktor eksternal seperti lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk
didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial serta sejenisnya.
(Mahmud Sani, Bimbingan dan Konseling Belajar, 2012, Mojokerto,
Thoriq al Fikri 181-183)
4.Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dihadapi siswa
masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya
dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah yang kedua dan yang ketiga. Proses
mengambil keputusan pada tahap ini seyogjanya terlebih dahulu dilaksanakan
konferensi kasus dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta
bekerja sama menangani kasus-kasus yang dihadapi.
5.Remidial atau Referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan
dengan sistem pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan
guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh
guru atau guru pembimbing itu sendiri.
6.Evaluasi dan Follow Up
Dilakukan untuk melihat seberapa sukses pengaruh tindakan bantuan
(treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi
siswa. Kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar menurut Depdiknas :
- Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas.
- Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan.
- Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dihadapinya.
0 Response to "Makalah: Tehnik Dalam Bimbingan dan Konseling"
Posting Komentar